Minggu, 11 Desember 2011

Buku Murah dan Menggurui Tetap Diminati?


Hari Sabtu, ada acara pelantikan pengusur Majelis Sekolah KB/TKIT Bina Insani, tempat Shofie sekolah. Plus acara-acara lainnya, lomba mewarnai anak, seminar parenting tentang pengenalan seks untuk anak usia dini, dan ada bazarnya :d
Mengingat di rumah banyak buku, saya pun ikutan berpartispasi dalam bazar. Cukup bayar stand Rp10 ribu :)

Pagi-pagi, berangkat ke sekolah dengan satu tas besar. Berhubung seragam majelis sekolah adalah gamis, saya nggak bisa bawa banyak barang pakai motor. Apalagi masih ngebonceng Shofie. jadilah diantar suami, karena gak bisa bawa sendiri. Sebelum berangkat, dibecandain, deh, sama suami, "Kalau acara TK, mah, yang laku sosis sunduk (sate sosis)."
Wkwkwkwk.... bener juga, sih.

Alhamdulillah, acara lancar. Walaupun stand sering ditinggal, karena pas acara pelantikan kan kita kudu naik panggung. terus pengin juga, dong, dengerin seminarnya. Stand titipin aja ama sebelah yang jual aneka bubur.
Alhamdulillah lagi, jualan lumayan laku.

Ada sedikit catatan dari si penjual buku yang bisa saya bagi. Semoga saja bermanfaat sebagai bekal menulis buku yang laku ;)) Tapi, tentu saja, setiap kondisi, tempat, lingkungan akan berbeda.
Nah, ini versi saya yang jualan di sebuah TKIT swasta standar. Maksudnya bukan sekolah swasta yang super mahal ;))

Buku yang laku, tetap saja, buku tipis dengan harga murah.
Buku seri membangun empati Al Kautsar for Kids yang saya tulis bersama Teh Tethy, harga resmi Rp 15. 000,-. Saya diskon 20%, sehingga jadi Rp12.000,- Dan masih diskon lagi, bila beli keempat serinya, menjadi Rp40.000,-. Jadi masing-masing Rp10.000,- (Ambil untung royalti aja, lah ....) Namun, apakah jadi laku? Diskon lebih itu tetep tak diminati. Kebanyakan hanya membeli satu buku. Hanya beberapa orang yang membeli dua buku, dan ketika saya perhatikan, ternyata karena putranya ada dua orang, jadi satu-satu, hehe...
Di antara buku lain, buku ini yang paling laku. (Walaupun begitu, jangan bayangkan puluhan buku, yah, hihi... Lha wong stoknya juga cuma 3 eks tiap judul :d)

Namun, ada juga seorang ibu yang tertarik dengan buku "Ensiklopedia Juz'Amma"-nya Jeng Aminah Mustari yang agak mahal. Dia melihat buku-buku lain, dan berkata, "Buku-buku itu ada.... " Membuat saya berkesimpulan, beliau memang pecinta buku.
Eh, tak lama kemudian beliau menelpon. (Beliau nggak ikut acara karena kerja). Rupanya, ada teman kantornya yang ingin beli juga. Minta disimpenin, deh. Dan, Juz'Amma pun habis. Lariss ... laris ....

Ada juga ibu-ibu yang membeli buku saya, "Curhat Ibu-Ibu" dan "Oyako no Hanashi". Dua buku yang saya obral :p, karena harga dari penerbit juga udah muraaaahhh ... ;))


Ngomongin harga, sekarang ini, begitu banyak penerbit yang ingin menerbitkan buku luks, hard cover, yang tentunya berbanding dengan harga. Bahkan, berdasarkan sebuah info, sebuah toko besar tak mau menerima buku dengan harga di bawah Rp50.000,-
Hemm ... tentu saja, itu keputusan yang tidak ngasal. Pasti pihak marketing telah mengadakan survey pasar, melakukan penelitian, dan banyak hal lain. Tapi yah, kenyataanya, masih saja ada yang suka yang murah-murah (saya juga, kok :p)

Suatu kali, saya membeli buku bagus. Buku cerita berstiker. Stikernya juga bagus, dari plastik, bukan kertas seperti biasa. Anak saya suka. Apakah alasan saya mau membelikannya? Harganya murah. Hanya Rp 18.000,- saja. namun, memang hanya empat halaman. Buku ini berseri, terdiri dari beberapa judul. Misalnya, buku seri ini dijadikan satu., hard cover, dengan harga yang berlipat, sepertinya, saya pun berpikir ulang untuk membelikannya. Saya memilih membeli yang 18rb, dan nanti akan membeli lagi seri berikutnya.

Hem, moga-moga aja, masih ada yang mau menerbitkan buku murah meriah, yak :d
Saya kok malah kepikir gini, kalau nanti semua buku mahal, jangan-jangan pembeli malah nggak mau beli pas buku itu masih baru. Tapi nunggu setahun dua tahun lagi, kalau sudah diobral. Duh, tolongggg ... *penulis menjerit, padahal yang mikir begitu penulis juga dan berdasarkan pengalaman pribadi ;))
Eh, tapi, masalah ini pernah dibantah teman. "Jangan pandang konsumen kayak 'kita-kita', dunk. Banyak, orang kaya, kok, ...." *Aamiin ... Aamiin...

Benar, manusia memang tak sama. Sangat beragam. Tentang selera buku vs keuangan hanyalah salah satunya.
Seorang teman saya ketika membeli "99 Nama dan Sifat Allah" berkata, "Saya kalau buku-buku yang begini, mau beli, Mbak. Nggak cepat rusak. Kalau ditaruh di lemari juga rapi." Dia mengomentari buku saya yang hardcover dan menunjukkan buku-buku lain milik anaknya, yang semuanya hardcover. Buku-buku tipis jarang dimilikinya, karena dia memang tak mau mengoleksi buku yang cepat sobek itu. Tentu saja saya setuju, apalagi pendapatnya membuat dia membeli buku saya hihihi ... (Eh, buku saya, mah, hard cover tapi gak mahal, yak! Promosi, teteuppp :d)

Sekarang, keluar dari masalah harga ;))
Buku yang diminati anak laki-laki, adalah buku tentang sopir antar jemput, yang ada gambar mobilnya. Buku itu habis dan masih ada beberapa anak yang pengin, tapi habis je, gimana lagi....

Dan, apakah pilihan orangtua? Rata-rata mereka memilihkan putra/putrinya, "Aku Suka Membantu". (Ssssttt .... judul pilihan editor tuh:d)
"Ini aja, deh. Buat anak perempuan, cocok," kata seorang ibu.

Nah, ini tentang buku 'menggurui'. Hohoho...
Jadi teringat diskusi judul buku serial empati ini dengan editor.
Jujur, awalnya saya kurang sreg dengan judul buku-buku serial empati.
"Tapi, kebanyakan buku anak, yang memilihkan orangtuanya, loh! Dan orangtua pasti ingin anaknya dapat sesuatu dengan membelikannya sebuah buku!"
Dan, terbuktilah kata editor saya, hehe ...

Sebenarnya, tak hanya orangtua. Kadang, selera anak pun tak terduga.
Shofie (hampir lima tahun) suka sekali dengan serial buku yang oleh kakaknya dibilang 'aneh' karena banyak 'katanya ... katanya ...."
Selain itu, itu adalah buku jadul (emang buku kakaknya yang beda tujuh tahun, sih). Dilihat dari ilustrasi, menurut saya juga kurang terang, kurang bagus, dll. Menggurui juga, iya. Tapi, teteup, itu jadi buku favorit. Padahal ya bukan princess-princessan juga.
Tadinya, saya pikir, 'ih, seleranya aneh, banget, sih!" ternyata, anak temen pun sama. Hihi... Sama-sama aneh, yak! Dan, kalau melihat di toko buku, buku lama itu pun tetap ada. Jadi, tentu saja penjualannya bagus, karena dia masih bisa bertahan di display.

Tiba-tiba, kata ini muncul di kepala. "SELERATIF", alias relatif tergantung selera.
Ya, sepertinya masalah buku kok seperti itu, yah.
Yang pasti, saya yakin, baik penulis, editor, tentunya berusaha sebaik mungkin, semaksimal mungkin untuk menghasilkan yang terbagus. Demikian juga dengan penerbit. Walaupun berorientasi bisnis, tapi idealisme seperti itu saya yakin masih ada :)

Weih...
Panjang juga nih tulisannya :d
Dan setuju atau tidak dengan yang saya tulis, sepertinya hal ini juga seleratif ;))

12 komentar:

  1. hahahahaha... dibandingin postingan e njenengan yo, Pak:d

    BalasHapus
  2. emang bener2 seleratif ya, mbak.
    jadi, total keuntungannya berapa, mbak? hihihihi...

    BalasHapus
  3. Haiyah, Gita, hahahaha....
    Ssstt.. lha ini judulnya bursa buku murah, jeh . Balik modal wae lah :d

    BalasHapus
  4. seleratif? hihihi istilah baru..

    jadi ya komennya ikutan seleratif deh..

    BalasHapus
  5. suit suit, makin lihai melihat selera pasar ya An :)
    meskipun seleratif (haha, langsung mendunia nih istilahh)
    moga kedai bazar berikutnya makin laris, aamiin :)

    BalasHapus
  6. buku2nya Iyog dan Bram belum nambah2 lagi niy, kebanyakan esiklopedia, hardcover, mahillll
    makanya ngirit gak beli banyak2, gugel aja ...huehehehe
    emaknya nemu tempat sewa buku baru, 2bln ini gak beli buku baru, sewaaaaaa aja :))))

    BalasHapus
  7. Uhuy.... Seleratif akan aku paten kan hahaha...
    Iya, mbak Nita, kayaknya masalah gaya penulisan itu tidak mutlak harus begini dan begitu. Karena seleratif. tapi bagaimana pun juga, saya tetep mencoba menulis yang semenarik mungkin, dong. Masukan2 seperti tidak pinjam mulut orang dewasa, dll, teteplah kuingat selalu untuk modal menulis yang asyik :d
    Waaa... Asiknya, dapat temat sewa buku, mba Shanty :)
    Saya juga sering beli bekas atau pas big sale kok, hihi...

    BalasHapus
  8. bener juga mbak, seleratif... buku2 yang menurut saya kurang bagus, termasuk yang menggurui itu, ternyata malah jadi favoritnya si genduk lho... hehehe. mungkin karena bahasanya lebih sederhana ya, semacam ini baik itu tidak.aja, anak2 juga gampang nangkepnya.

    BalasHapus
  9. oh ya, buku2 yang murah2 gitu juga diminati sekolah, kalo di sini sih... buat ngisi perpus, buat pr baca tiap wiken...

    BalasHapus
  10. Selera anak-anak ini yang nggak bisa ketebak, Mbak :)
    Nggak hanya untuk pre-school, bahkan teen pun kadang seleranya aneh-aneh.
    Kalau murah, sepertinya selera semua orang ya, Mbak hihihi..

    BalasHapus