Senin, 30 April 2012

Narasi


Seminggu-an ini, saya mencoba mempraktikkan membaca living books bersama anak-anak, khususnya Syafiq. Kadang-kadang, saya membacakannya. Tapi, sering juga Syafiq membaca sendiri. Tergantung situasi.

Seperti kali ini, Shofie sudah saya bacakan buku cerita menjelang tidur, dan sepertinya mengantuk sekali. Jadi, dia meminta saya berhenti membaca bukunya. Bahkan, dia tidak mau 'dengar' lagi suara saya membaca buku "Rumah Kecil di Rimba Besar" untuk Syafiq. (Biasanya, setelah baca picture book, saya baca buku untuk Syafiq) Akhirnya, Syafiq pun membaca sendiri tentang "Kisah Pa dan Suara di Dalam Hutan". Hasilnya, dia agak ketakutan ketika mau shalat Isya' berjamaah ke musola. Minta diantar sampai depan pintu :d

Shofie tidur ketika Syafiq shalat. So, nggak ada gangguan lagi antara saya dan Syafiq ;)). Setelah Syafiq shalat, saya meminta dia menarasikan yang dia baca. Susunan kalimat memang masih belum benar. Tapi, isinya cukup banyak yang dia ingat. Rupanya, dia ngerasa juga, tuh. Begitu selesai cerita, dengan wajah polos, dia bilang, "Daya ingat Syafiq lumayan juga, ya, Ma!" :))
Saya iyakan aja, kemudian sedikit saya ceritakan tentang single reading, yang melatih konsentrasi. Itu artinya, Syafiq sudah bisa konsentrasi dengan bagus. Semoga dia makin semangat :d

Sebenarnya mulut ini gatel ingin bilang, "Tuh, kan, musti nurut nasihat orangtua. Orangtua melarang sesuatu karena ada sebabnya, bla ... bla ...." Tapi, saya tahan dengan sekuat tenaga, hahaha .... (Masih suka aja, deh, ngomong begitu :p). Dan benar saja, yang di-shoot Syafiq beda lagi. Dia lebih menyorot adegan Kakek melecuti Pa. Menurutnya, ayah Pa terlalu kejam!

Ohya, satu lagi tentang narasi. Kali ini tentang narasi tertulis dari bacaan tema pengetahuan.

Hari Minggu lalu, kami sekeluarga pergi ke Kebun Binatang Mangkang.

Di sana, ada burung pelikan yang menarik perhatian anak-anak. Baru kali ini, mereka melihatnya.

Tadi, sementara saya membacakan cerita pengantar tidur untuk Shofie, saya menyuruh Syafiq membaca tentang Pelikan dari internet. Setelah itu, terpikir untuk mencoba menyuruhnya membuat narasi tertulis. Tapi, takut dia merasa terbebani (dan akhirnya kapok), maka saya memintanya membuat mind map ala Tony Buzan. Cara ini jauh lebih ringan daripada menulis. Insya Allah, nanti ditingkatkan pelan-pelan.

Jadinya seperti ini:





Note:
Saya sedang belajar metode Charlotte Mason, dari buku "Cinta yang Berpikir".

Minggu, 29 April 2012

Halaman Rumah Uti


Setelah Akung meninggal, Uti nggak ingin rumahnya sepi.
Maka, halaman rumah pun disulap menjadi arena bermain anak-anak.

Beberapa pohon yang tidak produktif ditebang. Ada pohon rambutan yang umurnya sudah tua (kebayang, waktu kecil, saya bertugas menyiram pohon rambutan itu :p), pohon durian yang kering setelah kena abu vulkanik, dan beberapa pohon lain.


Menggunakan dana yang ada, jadilah aneka permainan dengan barang sederhana.
Ayunan dari ban bekas. Mirip dengan ayunan milik SHofie di Semarang. Nemu di Barito, Semarang. Waktu mau bikin ayunan ini, kami juga pesan pesan ke Barito. Tapi, stok kosong. Katanya, ban-ban bekasnya dipesan untuk tempat sampah. Alhamdulillah, nemu di Magelang.
Terus ada juga lompatan-lompatan dari ban bekas juga,dan arena meniti dari pohon yang di cat.


Tak hanya cucu-cucunya yang senang, anak tetangga pun ikut merasakan tempat bermain ini. Biasanya, kalau sore ramai. Kadang, siang juga, sih. Mungkin, anak-anak di sana jarang yang kenal tidur siang :d


Bahkan, sekarang ini, dari siswa sekolah-sekolah sering ke rumah untuk 'outbond' sederhana. Setelah pensiun, Uti mengajar TK dan SD di dua tempat. jadi, mereka pun memanfaatkan rumah Bu Guru untuk aneka kegiatan :d



Beberapa
waktu lalu, saat pramuka, siswa-siswa sekolah dekat rumah juga ke sini, untuk berlatih mendirikan tenda.

Kalau mudik, anak-anak pun lebih senang.
Syafiq bisa bermain bola
dengan anak-anak tetangga, yang sebagian adalah anak teman-teman saya waktu kecil :d (berasa tua deh kalau kayak gini :p)
Shofie bisa main sama sepupunya.

Semoga, tempat ini barakah. Aamiin.